Beranda | Artikel
Adil dan Ihsan
Senin, 10 Juli 2023

PERCAYA KEPADA QADAR ALLAH

Adil dan Ihsan.
Perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala beredar antara adil dan ihsan. Mustahil Allah Subhanahu wa Ta’ala berbuat zalim kepada seseorang. Bisa jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala memperlakukan hamba-Nya dengan adil, dan bisa jadi Dia memperlakukan mereka dengan ihsan. Terhadap orang yang jahat, Dia perlakukan dengan keadilanNya, sebagaimana dalam firman-Nya:

وَجَزَٰٓؤُاْ سَيِّئَةٖ سَيِّئَةٞ مِّثۡلُهَاۖ [الشورى: ٤٠]

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa”.. [Asy-Syura/42: 40]

Sementara itu, Dia Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlakukan orang yang baik dengan karunia dan sifat ihsan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ [الانعام: ١٦٠] 

“Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya”. [Al-An’aam/6: 160]

Perintah-perintah Syar’iah dan Kauniah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai dua macam perintah: Perintah yang bersifat kauniyah dan perintah yang bersifat syari’iyah.

  • Perintah-perintah kauniah terbagi menjadi tiga:
  1. Perintah untuk menciptakan dan mengadakan. Perintah ini berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada semua makhluk, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءٖۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٞ [الزمر: ٦2] 

Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. [Az-Zumar/39: 62]

  1. Perintah untuk tetap. Perintah ini berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada semua makhluk untuk berada dalam kondisi tetap.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ أَن تَزُولَاۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنۡ أَمۡسَكَهُمَا مِنۡ أَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا [فاطر: ٤١] 

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. [Fathir/35: 4]

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَن تَقُومَ ٱلسَّمَآءُ وَٱلۡأَرۡضُ بِأَمۡرِهِۦۚ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمۡ دَعۡوَةٗ مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ إِذَآ أَنتُمۡ تَخۡرُجُونَ [الروم: ٢٥] 

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). [Ar-Ruum/30: 25]

  1. Perkara manfaat dan mudharat, gerak dan diam, hidup dan mati, …dst, adalah perintah berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada semua makhluk.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعٗا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ [الاعراف: ١٨٧]

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan sekiranya Aku mengetahui yang ghaib, tentulah Aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan Aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. [Al-A’raaf/7: 188]

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

هُوَ ٱلَّذِي يُسَيِّرُكُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا كُنتُمۡ فِي ٱلۡفُلۡكِ وَجَرَيۡنَ بِهِم بِرِيحٖ طَيِّبَةٖ وَفَرِحُواْ بِهَا جَآءَتۡهَا رِيحٌ عَاصِفٞ وَجَآءَهُمُ ٱلۡمَوۡجُ مِن كُلِّ مَكَانٖ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمۡ أُحِيطَ بِهِمۡ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ لَئِنۡ أَنجَيۡتَنَا مِنۡ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ [يونس : ٢٢] 

Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka Telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, Pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur”.[Yunus/10: 22]

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

هُوَ ٱلَّذِي يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۖ فَإِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ [غافر: ٦٨] 

Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila dia menetapkan sesuatu urusan, dia Hanya bekata kepadanya: “Jadilah”, Maka jadilah ia. [Ghafir/40: 68]

Adapun perintah-perintah syari’iyah Ilahiyah, hanya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ditujukan kepada bangsa jin dan manusia, itulah (tuntunan) agama . Yaitu meliputi iman, ibadah, mu’amalah, pergaulan, dan akhlak. Setingkat tingginya keyakinan terhadap perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bersifat kauniyah, setingkat itu pula akan tertanam sisi hamba rasa rindu, senang, dan nikmat dalam melaksanakan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bersifat syar’i. Orang paling beruntung dengan hal itu adalah orang yang paling besar ma’rifahnya kepada Rabb mereka. Mereka adalah para nabi, kemudian orang yang berjalan di atas petunjuk mereka. Dan dengan menjunjung perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bersifat syar’i, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan kepada kita berkah langit dan bumi di dunia dan memasukkan kita ke dalam surga di akhirat.

Perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala Terbagi Dua.
Perintah-perintah syar’iah yang kadang terjadi, dan terkadang manusia menyalahinya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antaranya:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ [الاسراء: ٢٣] 

“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. [Al-Isra/17: 23].

Perintah-perintah kauniyah yang harus terjadi dan manusia tidak mungkin menghindarinya, dan ia terbagi dua:
Perintah Rabbani yang bersifat langsung yang harus terjadi, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّمَآ أَمۡرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيۡ‍ًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ [يس: ٨٢] 

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia. [Yasiin/36: 82]

Perintah-perintah Rabbani yang bersifat kauniyah, adalah sunnah kauniyah berupa hubungan sebab dan akibat yang saling mempengaruhi satu sama lain, dan bagi setiap sebab yang bersifat kauni akan menimulkan akibat. Dan termasuk sunnah kauniyah adalah:

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمۡ يَكُ مُغَيِّرٗا نِّعۡمَةً أَنۡعَمَهَا عَلَىٰ قَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡ [الانفال: ٥٣] 

 (Siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri”. [Al-Anfaal/8: 53]

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِذَآ أَرَدۡنَآ أَن نُّهۡلِكَ قَرۡيَةً أَمَرۡنَا مُتۡرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيۡهَا ٱلۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنَٰهَا تَدۡمِيرٗا [الاسراء: ١٦] 

Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [Al-Israa/17: 16]

Iblis dan para pengikutnya berusaha menundukkan sunnah kauniyah ini agar menjadi sebab bagi kebinasaan sebagian manusia. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan bagi kita untuk berdo’a dan beristigfar agar selamat dari kebinasaan tersebut. Dan tidak ada yang bisa menolak qadha kecuali do’a. Do’a adalah kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan sunnah kauniyah. Maka Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Kuasa menggagalkan suatu reaksi atau merubah sebuah akibat di saat yang dikehendakiNya dan bagaimana Dia menghendakinya, sebagaimana Dia menggagalkan reaksi panas api terhadap nabi Ibrahim u:

قُلۡنَا يَٰنَارُ كُونِي بَرۡدٗا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ [الانبياء: ٦٩] 

Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, [Al-Anbiyaa/21: 69]

Jenis-jenis Kebaikan dan Keburukan
Kebaikan yang penyebabnya adalah keimanan dan amal shalih, yaitu ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kebaikan yang penyebabnya adalah nikmat Ilahi kepada manusia, yaitu apa-apa yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa harta, kesehatan, pertolongan, kemuliaan, dan semisal dengannya.

Dan Keburukan Terbagi Dua:
Keburukan yang penyebabnya adalah kesyirikan dan kemaksiatan, yaitu apa yang muncul dari manusia dari perbuatan syirik dan maksiat.

Keburukan yang penyebabnya adalah cobaan atau siksaan Ilahi, seperti penyakit tubuh, hilangnya harta, kekalahan, dan semisal dengannya.

  • Maka kebaikan dalam arti taat, tidak disandarkan kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Dia Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyari’atkannya bagi hamba, mengajarkannya kepadanya, memerintahkan melaksanakannya dan menolongnya atasnya.
  • Keburukan dalam arti maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila hamba melakukan dengan kehendak dan pilihannya mengutamakan maksiat atas taat. Maka keburukan ini disandarkan kepada hamba sebagai pelakunya dan tidak disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mensyari’atkannya, tidak memerintahkannya. Bahkan Dia mengharamkannya dan memberikan ancaman atasnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٖ فَمِن نَّفۡسِكَۚ وَأَرۡسَلۡنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولٗاۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدٗا [النساء : ٧٩] 

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.[An-Nisaa/4: 79]

Adapun kebaikan dalam pengertian nikmat seperti harta, anak, sehat, pertolongan dan kemuliaan, dan kebaikan dalam arti siksaan dan cobaan seperti berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan, kekalahan dan semisalnya, maka kebaikan dan keburukan dengan pengertian ini berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji hamba-Nya sebagai cobaan dan siksaan serta meninggikan sebagai pendidikan bagi hamba-hamba-Nya, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثٗا [النساء : ٧٨] 

“Dan jika mereka memperoleh kebaikan mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka Mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraansedikitpun?”. [An-Nisaa/4: 78]

Menolak Akibat Keburukan.
Apabila seorang mukmin melakukan kesalahan, maka hukumannya tertolak darinya dengan yang berikut ini:
Bisa jadi ia bertaubat, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatnya, atau ia meminta ampun lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuninya, atau ia melakukan kebaikan yang menghapusnya, atau saudara-saudaranya yang beriman mendoakan dan memohon ampunan untuknya, atau menghadiahkan untuknya dari pahala amal perbuatan mereka yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan manfaat dengannya, atau Allah Subhanahu wa Ta’ala mengujinya di dunia dengan berbagai macam musibah yang menjadi penebus darinya, atau Allah Subhanahu wa Ta’ala mengujinya di alam barzakh dengan teriakan lalu Dia Shallallahu ‘alaihi wa sallam menebusnya dengannya, atau mengujinya di hari kiamat yang menjadi penebus darinya, atau nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam  memberi syafaat padanya, atau Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling pengasih memberi rahmat kepadanya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ξ Taat dan Maksiat

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab :  Tauhid dan keimanan التوحيد والإيمان ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/84079-adil-dan-ihsan.html